Rabu, 26 Oktober 2016

cara mengatasi masalah di dalam keluarga sebagai mahasiswa

Ketika terjadi masalah didalam keluarga yang paling utama adalah harus melihat masalah tersebut dengan objektif sehingga dapat menemukan titik permasalahan. selain objektif hal yang dilakukan juga harus melihat permasalahan tidak hanya dari satu sudut pandang, karena dengan mencoba untuk menilai permasalahn lebih dari satu sisi akan lebih mudah untuk menyelesaikan permasalahan sehingga tidak merugikan pihak-pihak yang seharusnya.

Makna Keluarga

Keluarga adalah kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Ada 5 fungsi keluarga dalam masyarakat yaitu :
1.       Fungsi biologi
2.       Fungsi psikologis
3.       Fungsi sosial budaya atau sisiologi
4.       Fungsi sosial
5.       Fungsi pendidikan
Bentuk keluarga dapat dibagi berdasarkan beberapa hal yaitu :

  1. Garis Keturunan
  2. Jenis Perkawinan
  3. Pemukiman
  4. Jenis Anggota Keluarga 
  5. Kekuasaan
Bagi saya keluarga adalah tempat saya kembali, keluarga yang mengajarkan saya banyak hal sehingga saya dapat berbaur dengan masyarakat. keluarga adalah tempat paling pertama yang memberi perlindungan bagi saya.

makna perguruan tinggi

Perguruan tinggi adalah lanjutan dari pendidikan tingkat menengah yang di tujukan agar peserta didik memiliki kemampuan akademis dan profesional. pendidikan yang diberikan di perguruan tinggi lebih mengerucut kepada suatu bidang keahlian. Dengan adanya Perguruan tinggi seseorang dapat lebih mendalami bidang keilmuan yang diinginkannya sehingga memiliki bekal yang cukup untuk terjuna langsung melakukan pekerjaan sesuai dengan bidang yang telah dipelajari.

Jenis-Jenis perguruan tinggi adalah :

  • Universitas
“university degree”
adalah jenis perguruan tinggi yang memiliki jenis program studi yang beragam, baik ilmu” eksaskta, social, ekonomi, bahasa sampai kesenian. Jenjang pendidikan yang diselenggarakan relatif beragam, mulai diploma, strata satu (S1),pasca sarjana  (S2), maupun gelar Doktor. Misalnya universitas airlangga: ada fakultas kedokteran, kesehatan, ekonomi, MIFA dll
  • Institut
adalah jenis perguruan tinggi yang khusus menyelenggarakan program ilmu sejenis, jadi tidak seberagam dibanding universitas. Misalkan ITS Surabaya, mengkhususkan ilmu eksak juga teknik. Jenjang ataupun gelar yang akan dicapai tidak berbeda, Ahli madya (diploma 3), sarjana S1, S2, maupun Doktor.
  • Sekolah Tinggi

adalah jenis perguruan tinggi yang hanya menyelenggarakan satu bidang/program studi.
Misal. STIE (sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi) yang hanya menyelenggarakan jurusan akuntansi, serta manajemen. Jenjang ataupun gelar yang di capai tidak berbeda dengan universitas ataupun Institut.
  • Akademi
Jenis perguruan tinggi yang memberikan porsi keterampilan lebih banyak dibanding teori, dan waktu yang ditempuhpun relative lebih singkat, satu sampai tiga tahun (D1,D2,D3). Akademi mencetak lulusan yang lebih trampil untuk memasuki dunia kerja. Perbandingan materi yang diajarkan antara teori dengan praktek 60% : 40% Bagi lulusannya tidak terdapat gelar, kecuali diploma 3 berhak menyandang Ahli Madya (AMD)
  • Politeknik
Perguruan tinggi ini tidak berbeda dengan akademi, hanya mengkhususkan dalam mencetak tenaga-tenaga ahli/professional di bidang teknik. Perbandingan materi yang diajarkan antara teori dengan praktek 45% : 55%, dengan demikian lulusan politeknik akan lebih cepat adaptasi jika terjun di dunia kerja karena lebih siap pakai.


Makna Individu Mandiri

kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

Jenis Kemandirian
Dalam bukunya Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Abraham H. Maslow membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu :
  1. Kemandirian aman (secure autonomy), yaitu kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.
  2. Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), yaitu kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia.
Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri.

Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Lovinger tentang tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut :
1) Tingkatan pertama adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.
d) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.
e) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.

2) Tingkatan kedua adalah tingkat komformistik.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b) Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal. 
d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. 
g) Takut tidak diterima kelompok.
h) Tidak sensitif terhadap keindividualan.
i) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

3) Tingkatan ketiga adalah tingkat sadar diri.
     Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Mampu berpikir alternatif dan memikirkan cara hidup.
b) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
c) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
d) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
e) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

4) Tingkatan keempat adalah tingkat saksama (conscientious).
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain.
d) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
e) Peduli akan hubungan mutualistik.
f) Memiliki tujuan jangka panjang.
g) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
h) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

5) Tingkatan kelima adalah tingkat individualistis.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peningkatan kesadaran individualitas.
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d) Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g) Mengenal kompleksitas diri.
h) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

6) Tingkatan keenam adalah tingkat mandiri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.
d) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
e) Toleran terhadap ambiguitas.
f) Peduli terhadap pemenuhan diri.
g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h) Responsif terhadap kemandirian orang lain.
i) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j) Mampu mengekspresikan perasaan denga penuh keyakinan dan keceriaan.

Makna Individu Mandiri

kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

Jenis Kemandirian
Dalam bukunya Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Abraham H. Maslow membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu :
  1. Kemandirian aman (secure autonomy), yaitu kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.
  2. Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), yaitu kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia.
Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Lovinger tentang tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut :
1) Tingkatan pertama adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.
d) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.
e) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2) Tingkatan kedua adalah tingkat komformistik.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b) Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal. 
d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. 
g) Takut tidak diterima kelompok.
h) Tidak sensitif terhadap keindividualan.
i) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

3) Tingkatan ketiga adalah tingkat sadar diri.
     Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Mampu berpikir alternatif dan memikirkan cara hidup.
b) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
c) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
d) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
e) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

4) Tingkatan keempat adalah tingkat saksama (conscientious).
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain.
d) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
e) Peduli akan hubungan mutualistik.
f) Memiliki tujuan jangka panjang.
g) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
h) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

5) Tingkatan kelima adalah tingkat individualistis.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peningkatan kesadaran individualitas.
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d) Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g) Mengenal kompleksitas diri.
h) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

6) Tingkatan keenam adalah tingkat mandiri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.
d) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
e) Toleran terhadap ambiguitas.
f) Peduli terhadap pemenuhan diri.
g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h) Responsif terhadap kemandirian orang lain.
i) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j) Mampu mengekspresikan perasaan denga penuh keyakinan dan keceriaan.

Makna Individu Mandiri

kemandirian adalah sikap yang memungkinkan seseorang untuk bertindak bebas, melakukan sesuatu atas dorongan sendiri dan kemampuan mengatur diri sendiri, sesuai dengan hak dan kewajibannya sehingga dapat menyelesaikan sendiri masalah-masalah yang dihadapi tanpa meminta bantuan atau tergantung dari orang lain dan dapat bertanggung jawab terhadap segala keputusan yang telah diambil melalui berbagai pertimbangan sebelumnya.

Jenis Kemandirian
Dalam bukunya Psikologi Remaja (Perkembangan Peserta Didik), Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Abraham H. Maslow membedakan kemandirian menjadi dua, yaitu :
  1. Kemandirian aman (secure autonomy), yaitu kekuatan untuk menumbuhkan cinta kasih pada dunia, kehidupan, dan orang lain, sadar akan tanggung jawab bersama, dan tumbuh rasa percaya terhadap kehidupan. Kekuatan ini digunakan untuk mencintai kehidupan dan membantu orang lain.
  2. Kemandirian tidak aman (insecure autonomy), yaitu kekuatan kepribadian yang dinyatakan dalam perilaku menentang dunia.
Maslow menyebut kondisi seperti ini sebagai selfish autonomy atau kemandirian mementingkan diri sendiri.
Tingkatan dan Karakteristik Kemandirian
Mohammad Ali dan Mohammad Asrori mengutip pendapat Lovinger tentang tingkatan kemandirian beserta ciri-cirinya sebagai berikut :
1) Tingkatan pertama adalah tingkat impulsif dan melindungi diri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap kontrol dan keuntungan yang dapat diperoleh dari interaksinya dengan orang lain.
b) Mengikuti aturan secara oportunistik dan hedonistik.
c) Berpikir tidak logis dan tertegun pada cara berpikir tertentu.
d) Cenderung melihat kehidupan sebagai zero-sum game.
e) Cenderung menyalahkan dan mencela orang lain serta lingkungannya.
2) Tingkatan kedua adalah tingkat komformistik.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peduli terhadap penampilan diri dan penerimaan sosial.
b) Cenderung berpikir stereotype dan klise.
c) Peduli akan konformitas terhadap aturan eksternal. 
d) Bertindak dengan motif yang dangkal untuk memperoleh pujian.
e) Menyamakan diri dalam ekspresi emosi dan kurangnya introspeksi.
f) Perbedaan kelompok didasarkan atas ciri-ciri eksternal. 
g) Takut tidak diterima kelompok.
h) Tidak sensitif terhadap keindividualan.
i) Merasa berdosa jika melanggar aturan.

3) Tingkatan ketiga adalah tingkat sadar diri.
     Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Mampu berpikir alternatif dan memikirkan cara hidup.
b) Peduli untuk mengambil manfaat dari kesempatan yang ada.
c) Melihat harapan dan berbagai kemungkinan dalam situasi.
d) Menekankan pada pentingnya pemecahan masalah.
e) Penyesuaian terhadap situasi dan peranan.

4) Tingkatan keempat adalah tingkat saksama (conscientious).
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Bertindak atas dasar nilai-nilai internal.
b) Mampu melihat diri sebagai pembuat pilihan dan pelaku tindakan.
c) Mampu melihat keragaman emosi, motif, dan perspektif diri sendiri maupun orang lain.
d) Sadar akan tanggung jawab dan mampu melakukan kritik dan penilaian diri.
e) Peduli akan hubungan mutualistik.
f) Memiliki tujuan jangka panjang.
g) Cenderung melihat peristiwa dalam konteks sosial.
h) Berpikir lebih kompleks dan atas dasar pola analitis.

5) Tingkatan kelima adalah tingkat individualistis.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Peningkatan kesadaran individualitas.
b) Kesadaran akan konflik emosional antara kemandirian dengan ketergantungan.
c) Menjadi lebih toleran terhadap diri sendiri dan orang lain.
d) Mengenal eksistensi perbedaan individual.
e) Mampu bersikap toleran terhadap pertentangan dalam kehidupan.
f) Membedakan kehidupan internal dengan kehidupan luar dirinya.
g) Mengenal kompleksitas diri.
h) Peduli akan perkembangan dan masalah-masalah sosial.

6) Tingkatan keenam adalah tingkat mandiri.
    Ciri-ciri tingkatan ini adalah :
a) Memiliki pandangan hidup sebagai suatu keseluruhan.
b) Cenderung bersikap realistik dan objektif terhadap diri sendiri maupun orang lain.
c) Peduli terhadap pemahaman abstrak, seperti keadilan sosial.
d) Mampu mengintegrasikan nilai-nilai yang bertentangan.
e) Toleran terhadap ambiguitas.
f) Peduli terhadap pemenuhan diri.
g) Ada keberanian untuk menyelesaikan konflik internal.
h) Responsif terhadap kemandirian orang lain.
i) Sadar akan adanya saling ketergantungan dengan orang lain.
j) Mampu mengekspresikan perasaan denga penuh keyakinan dan keceriaan.

Sabtu, 22 Oktober 2016

7 ciri-cirimasyrakat pedesaan

7 Ciri-ciri Masyarakat Pedesaan

1. Homogenitas Sosial

Bahwa masyarakat desa pada umumnya terdiri dari satu atau beberapa kekerabatan saja, sehingga pola hidup dan tingkah laku maupun kebudayaannya sama. Oleh karena itu hidup di desa biasanya terasa tenteram aman dan tenang. Hal ini disebabkan oleh pola pikir, pola penyikap dan pola pandangan yang sama dari setiap warganya dalam menghadapi suatu masalah. Kebersamaan, kesederhanaan dan keserasian selalu menjiwai setiap warga masyarakat desa tersebut.

2. Hubungan Primer

Pada masyarakat desa hubungan kekeluargaan dilakukan secara musyawarah. Mulai masalah-masalah umum sampai masalah pribadi. Anggota masyarakat satu dengan yang lain saling mengenal secara intim. Pada masyarakat desa masalah kebersamaan dan gotong royong sangat diutamakan, walaupun secara materi mungkin sangat kurang atau tidak mengijinkan.

3. Gotong Royong

Nilai-nilai gotong royong pada masyarakat pedesaan tumbuh dengan subur dan membudaya. Semua masalah kehidupan dilaksanakan secara gotong royong, baik dalam arti gotong royong murni maupun gotong royong timbal balik. Semua yang dilakukan didasari kebersamaan dan kekeluargaan yang kuat.

4. Ikatan Sosial

Setiap anggota masyaratkan desa diikat dengan nilai-nilai adat dan kebudayaan secara ketat. Bagi anggota yang tidak memenuhi norma dan kaidah yang sudah disepakati, akan dihukum dan dikeluarkan dari ikatan sosial dengan cara mengucilkan. Oleh karena itu setiap anggota harus patuh dan taat melaksanakan aturan yang ditentukan. Lebih-lebih bagi anggota yang baru datang, ia akan diakui menjadi anggota masyarakat tersebut (ikatan sosial tersebut).

5. Magis Religius

Kepercayaan kepada Tuhan Yang Maha Esa bagi masyarakat desa sangat mendalam. Bahkan setiap kegiatan kehidupan sehari-hari dijiwai bahkan diarahkan kepadanya. Sering kita jumpai orang Jawa mengadakan selamatan-selamatan untuk meminta rezeki, minta perlindungan, minta diampuni dan sebagainya. Suasana religius ini juga seakan menjadi kebudayaan yang melekat.



6. Kontrol Sosial yang Ketat

Di atas dikemukakan bahwa hubungan pada masyarakat pedesaan sangat intim dan diutamakan, sehingga setiap anggota masyarakatnya saling mengetahui masalah yang dihadapi anggota yang lain. Bahkan ikut mengurus terlalu jauh masalah dan kepentingan dari anggota masyarakat yang lain. Kekurangan dari salah satu anggota masyarakat, adalah merupakan kewajiban anggota yang lain untuk menyoroti dan membenahinya. Rasa kekeluargaan yang tinggi juga membuat kontrol dalam masyarakat ini menjadi tanggung jawab semua anggotanya.

7. Pola Kehidupan

Masyarakat desa bermata pencaharian di bidang agraris, baik pertanian, perkebunan, perikanan dan peternakan. Pada umumnya setiap anggota hanya mampu melaksanakan salah satu bidang kehidupan saja. Misalnya para petani, bahwa pertanian merupakan satu-satunya pekerjaan yang harus ia tekuni dengan baik. Bilamana bidang pertanian tersebut kegiatannya kosong, maka ia hanya menunggu sampai ada lagi kegiatan di bidang pertanian, karena pola pikir yang tidak terlalu maju inilah masyarakat pedesaan kurang bisa menerima pemikiran baru.

Rabu, 19 Oktober 2016

Makna Individu, Keluarga, dan Masyarakat



Makna Individu

Individu adalah unit terkecil yang membentuk masyarakat, individu jua merupakan unit terkecil dalam suatu kelompok yang tidak dapat dipisahkan lagi menjadi kelompok yang lebih kecil. Setiap individu memiliki ciri-ciri yang berbeda-beda, individu-individu yang bergabung membentuk kelompok atau masyarakat. 

Individu tidak akan jelas identitasnya tanpa adanya suatu masyarakat yang menjadi latar belakang keberadaannya. Individu berusaha mengambil jarak danmemproses dirinya untuk membentuk perilakunya yang selaras dengan keadaan dan kebiasaan yang sesuai dengan perilaku yang melekat pada dirinya. Individu sebagai makhluk ciptaan tuhan didalam dirinya selalu dilengkapi oleh kelengkapan hidup yang meliputi raga, rasa, rasio dan rukun.

1.       Raga
Raga merupakan bentuk jasad manusia yang khas yang dapat memebedakan antara individu yang satu dengan yang lainnya  sekalipun dengan hakikat yang sama.
2.       Rasa
Merupakan perasaan manusia yang dapat menangkap objek gerakan dari benda lain atau perasaan yang menyangkut tentang keindahan.
3.       Rasio
Merupakan kelengkapan manusia untuk mengembangkan diri mengatasi segala sesuatu yang diperlukan dalam diri setiap manusia dan merupakan alat untuk memperoses apa yang diterima oleh panca indra.
4.       Rukun
bentuk sosialisasi dengan manusia dan hidup berdampingan satu sama lain secara harmonis, damai dan saling melengkapi.


Makna Keluarga



Keluarga adalah kelompok atau kumpulan manusia yang hidup bersama sebagai satu kesatuan atau unit masyarakat terkecil dan biasanya selalu ada hubungan darah, ikatan perkawinan atau ikatan lainnya, tinggal bersama dalam satu rumah yang dipimpin oleh seorang kepala keluarga. Ada 5 fungsi keluarga dalam masyarakat yaitu :
1.       Fungsi biologi
2.       Fungsi psikologis
3.       Fungsi sosial budaya atau sisiologi
4.       Fungsi sosial
5.       Fungsi pendidikan
Bentuk keluarga dapat dibagi berdasarkan beberapa hal yaitu :

  1. Garis Keturunan
  2. Jenis Perkawinan
  3. Pemukiman
  4. Jenis Anggota Keluarga 
  5. Kekuasaan

Makna Masyarakat


Masyarakat merupakan istilah yang digunakan untuk menerangkan komuniti manusia yang tinggal bersama-sama. Bisa juga disebutkan bahwa masyarakat merupakan jaringan penghubung antar berbagai indiviu. Dalam ilmu sosial kita mengenal 2 jenis masyarakat yaitu masyarakat paguyuban dan masyarakat petambayan. Masyarakat paguyuban adalah masyarakat yang didalamnya terdapat hubungan pribadi antar anggotanya sehingga menimbulkan ikatan batin antar anggotanya. Masyarakat petambayan adalah masyarakat yang didalamnya terdapat hubungan pamrih antar anggotanya.
Masyarakat sering dikelompokan berdasarkan cara utamanya dalam mencari penghasilan atau kebutuhan hidup. Beberapa ahli ilmu sosial mengelompokan masyarakat sebagai: masyarakat nomadis, masyarakat bercocok tanam, masyarakat pemburu, dan masyarakat agrikultural intensif disebut juga dengan masyarakat peradaban.
Dalam pertumbuhan dan perkembangan masyarakat dibagi menjadi dua yaitu :
1.       Masyarakat sederhana
Pola pembagian kerja dalam kelompok ini cenderung di bedakan berdasarkan jenis kelamin. Pembagian kerja dalam bentuk lain tidak terungkap begitu jelas. Msayarakat ini disebut juga masyarakat primitive.
2.       Masyarakat Maju
Masyarakat maju memiliki aneka ragam kelompok sosial, atau lebih akrab dengan sebutan kelompok organisasi kemasyarakatan yang tumbuh dan berkembang berdasarkan kebutuhan dan tujuan tertentu yang akan tercapai. Oraganisasi masyrakat tersebut dapat tumbuh dan berkembang dalam lingkungan terbatas sampai pada cakupan nasional, regional maupun internasional.